Daftar Blog Saya

Sabtu, 15 Oktober 2011

KERAJAAN TARUMANEGARA

  1. SUMBER SEJARAH:
  1. PRASASTI
  • Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
  • Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. isinya : penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
  • Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
  • Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
  • Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
  • Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
  • Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Keterangan:
  • Prasasti Pasir Muara (ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah,Bogor)
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Prasasti Ciaruteun

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Prasasti Telapak Gajah

Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya: Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
  1. Berita Bangsa Asing
  • Berita dari Claudius ptolomeus dalam bukunya geographike hyphegesis menyebutkan dari timur jauh sebuah kota argyre yang terletak di ujung pulau labodiou, kata argyre berarti perak yang diduga merak yang terletak di sebelah barat pulau jawa.
  • Berita dari gunawarman dari kasmir, mengatakan agama yang dianut rakyat trauma adalah hindu
  • Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi ada pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi tidak jauh dari situs tersebut ditemukan batu-batu karang yg menunjukan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa hien
  • Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
  • Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.

NASKAH WANGSAKERTA

Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah. Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.


  1. Kehidupan Politik ( Raja-Raja Dan Peranannya)
Kerajaan Tarumanegara Atau Taruma Adalah Sebuah Kerajaan Yang Pernah Berkuasa Di Wilayah Pulau Jawa Bagian Barat Pada Abad Ke-4 Hingga Abad Ke-7 M, Yang Merupakan Salah Satu Kerajaan Tertua Di Nusantara Yang Diketahui. Dalam Catatan, Kerajaan Kerajaan Tarumanegara Adalah Kerajaan Hindu Beraliran Wisnu. Kerajaan Tarumanegara Didirikan Oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman Pada Tahun 358, Yang Kemudian Digantikan Oleh Putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman Dipusarakan Di Tepi Kali Gomati, Sedangkan Putranya Di Tepi Kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman Adalah Raja Kerajaan Tarumanegara Yang Ketiga (395-434 M). Ia Membangun Ibukota Kerajaan Baru Pada Tahun 397 Yang Terletak Lebih Dekat Ke Pantai. Dinamainya Kota Itu Sundapura Pertama Kalinya Nama " Sunda " Digunakan. Pada Tahun 417 Ia Memerintahkan Penggalian Sungai Gomati Dan Candrabaga Sepanjang 6112 Tombak (Sekitar 11 Km). Selesai Penggalian, Sang Prabu Mengadakan Selamatan Dengan Menyedekahkan 1.000 Ekor Sapi Kepada Kaum Brahmana.
Prasasti Pasir Muara Yang Menyebutkan Peristiwa Pengembalian Pemerintahan Kepada Raja Sunda Itu Dibuat Tahun 536 M. Dalam Tahun Tersebut Yang Menjadi Penguasa Kerajaan Tarumanegara Adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Kerajaan Tarumanegara Ke-7. Pustaka Jawadwipa, Parwa I, Sarga 1 (Halaman 80 Dan 81) Memberikan Keterangan Bahwa Dalam Masa Pemerintahan Candrawarman (515-535 M), Ayah Suryawarman, Banyak Penguasa Daerah Yang Menerima Kembali Kekuasaan Pemerintahan Atas Daerahnya Sebagai Hadiah Atas Kesetiaannya Terhadap Kerajaan Tarumanegara. Ditinjau Dari Segi Ini, Maka Suryawarman Melakukan Hal Yang Sama Sebagai Lanjutan Politik Ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat Yang Tersurat Dalam Prasasti Pasir Muara Mungkin Sekali Seorang Pejabat Tinggi Kerajaan Tarumanegara Yang Sebelumnya Menjadi Wakil Raja Sebagai Pimpinan Pemerintahan Di Daerah Tersebut. Yang Belum Jelas Adalah Mengapa Prasasti Mengenai Pengembalian Pemerintahan Kepada Raja Sunda Itu Terdapat Di Sana? Apakah Daerah Itu Merupakan Pusat Kerajaan Sunda Atau Hanya Sebuah Tempat Penting Yang Termasuk Kawasan Kerajaan Sunda? Baik Sumber-Sumber Prasasti Maupun Sumber-Sumber Cirebon Memberikan Keterangan Bahwa Purnawarman Berhasil Menundukkan Musuh-Musuhnya. Prasasti Munjul Di Pandeglang Menunjukkan Bahwa Wilayah Kekuasaannya Mencakup Pula Pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, Parwa II Sarga 3 (Halaman 159 - 162) Menyebutkan Bahwa Di Bawah Kekuasaan Purnawarman Terdapat 48 Raja Daerah Yang Membentang Dari Salakanagara Atau Rajatapura (Di Daerah Teluk Lada Pandeglang)
Sampai Ke Purwalingga (Sekarang Purbolinggo) Di Jawa Tengah. Secara Tradisional Cipamali (Kali Brebes) Memang Dianggap Batas Kekuasaan Raja-Raja Penguasa Jawa Barat Pada Masa Silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman Di Pasir Muara, Yang Memberitakan Raja Sunda Dalam Tahun 536 M, Merupakan Gejala Bahwa Ibukota Sundapura Telah Berubah Status Menjadi Sebuah Kerajaan Daerah. Hal Ini Berarti, Pusat Pemerintahan Kerajaan Tarumanegara Telah Bergeser Ke Tempat Lain. Contoh Serupa Dapat Dilihat Dari Kedudukaan Rajatapura Atau Salakanagara (Kota Perak), Yang Disebut Argyre Oleh Ptolemeus Dalam Tahun 150 M. Kota Ini Sampai Tahun 362 Menjadi Pusat Pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (Dari Dewawarman I - VIII). Ketika Pusat Pemerintahan Beralih Dari Rajatapura Ke Tarumanegara, Maka Salakanagara Berubah Status Menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman Pendiri Kerajaan Tarumanegara Adalah Menantu Raja Dewawarman VIII. Ia Sendiri Seorang Maharesi Dari Salankayana Di India Yang Mengungsi Ke Nusantara Karena Daerahnya Diserang Dan Ditaklukkan Maharaja Samudragupta Dari Kerajaan Magada.

Suryawarman Tidak Hanya Melanjutkan Kebijakan Politik Ayahnya Yang Memberikan Kepercayaan Lebih Banyak Kepada Raja Daerah Untuk Mengurus Pemerintahan Sendiri, Melainkan Juga Mengalihkan Perhatiannya Ke Daerah Bagian Timur. Dalam Tahun 526 M, Misalnya, Manikmaya, Menantu Suryawarman, Mendirikan Kerajaan Baru Di Kendan, Daerah Nagreg Antara Bandung Dan Limbangan, Garut. Putera Tokoh Manikmaya Ini Tinggal Bersama Kakeknya Di Ibukota Tarumangara Dan Kemudian Menjadi Panglima Angkatan Perang Kerajaan Tarumanegara. Perkembangan Daerah Timur Menjadi Lebih Berkembang Ketika Cicit Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.
Kerajaan Tarumanegara Sendiri Hanya Mengalami Masa Pemerintahan 12 Orang Raja. Pada Tahun 669, Linggawarman, Raja Kerajaan Tarumanegara Terakhir, Digantikan Menantunya, Tarusbawa. Linggawarman Sendiri Mempunyai Dua Orang Puteri, Yang Sulung Bernama Manasih Menjadi Istri Tarusbawa Dari Sunda Dan Yang Kedua Bernama Sobakancana Menjadi Isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa Pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara Otomatis, Tahta Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara Jatuh Kepada Menantunya Dari Putri Sulungnya, Yaitu Tarusbawa. Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara Berakhir Dengan Beralihnya Tahta Kepada Tarusbawa, Karena Tarusbawa Pribadi Lebih Menginginkan Untuk Kembali Ke Kerajaannya Sendiri, Yaitu Sunda Yang Sebelumnya Berada Dalam Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Atas Pengalihan Kekuasaan Ke Sunda Ini, Hanya Galuh Yang Tidak Sepakat Dan Memutuskan Untuk Berpisah Dari Sunda Yang Mewarisi Wilayah Kerajaan Tarumanegara.
Raja-Raja
Kerajaan Tarumanegara
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669




  1. Kehidupan Sosial
Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian Saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) dan selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Selesai penggalian, Raja Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah 1.000 ekor sapi kepada para brahmana.


  1. Kehidupan Ekonomi
Berdasarkan sumber-sumber sejarah tersebut, baik prasasti maupun beritaberita
dari Cina, dapatlah diperoleh gambaran bahwa kehidupan kerajaan
Tarumanegara pada masa itu. Berdasarkan prasasti Tugu dapat diketahui
mata pencaharian penduduknya, yaitu pertanian dan perdagangan. Begitu
pula berdasarkan berita dari Fa-Hien awal abad ke 5, diketahui bahwa mata
pencaharian penduduk Tarumanegara adalah pertanian, peternakan, perburuan
binatang, dan perdagangan cula badak, kulit penyu dan perak. Prasasti Tugu,
ditemukan di daerah Tugu (Jakarta) merupakan prasasti terpanjang dari semua
prasasti peninggalan Raja Purnawarman.
Dulu kali candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
kuat buat mengalirkannya ke laut, setelah sampai di istana yang
termasyhur, didalam tahun keduapuluh duanya dari takhta raja
Purnawarman yang berkilau-kilau karena kepandaian dan kebijaksanaannya
serta menjadi panji segala raja. Sekarang beliau
menitahkan menggali sungai yang permai dan jernih, gomati namanya,
setelah melewati kediaman sang pendeta nenkda, pekerjaan ini dimulai
pada tanggal 9 paro petang bulan, pulaguna dan disudahi tanggal
13 paro terang bulan citra, jadi hanya 21 saja, sedangkan galian
panjangnya 6.122 tumbak. Selamatan baginya oleh para Brahmana
disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan”.
Dari prasasti tersebut dapat disimpulkan bahwa Raja sangat memperhatikan
kondisi perekonomian masyarakatnya. Penggalian sungai Chandrabhaga
sepanjang 12 km yang berlangsung selama 21 hari itu dimaksudkan untuk
kepentingan pengairan pertanian, pencegah banjir, dan sebagai sarana transportasi
dari pesisir pantai ke pedalaman.
prasasti tugu

Kehidupan Kebudayaan

Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara maka dapat diketahui bahwa kehidupan kebudayaan masyarakat pada masa itu sudah tinggi.




  1. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti Kebon Kopi, Dibuat Sekitar 400 M (H Kern 1917), Ditemukan Di Perkebunan Kopi Milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, Ditemukan Di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Sekarang Disimpan Di Museum Di Jakarta. Prasasti Tersebut Isinya Menerangkan Penggalian Sungai Candrabaga Oleh Rajadirajaguru Dan Penggalian Sungai Gomati Oleh Purnawarman Pada Tahun Ke-22 Masa Pemerintahannya.
3. Prasasti Munjul Atau Prasasti Cidanghiang, Ditemukan Di Aliran Sungai Cidanghiang Yang Mengalir Di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, Berisi Pujian Kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Lahan Tempat Prasasti Itu Ditemukan Berbentuk Bukit Rendah Berpermukaan Datar Dan Diapit Tiga Batang Sungai: Cisadane, Cianten Dan Ciaruteun. Sampai Abad Ke-19, Tempat Itu Masih Dilaporkan Dengan Nama Pasir Muara. Dahulu Termasuk Bagian Tanah Swasta Ciampea. Sekarang Termasuk Wilayah Kecamatan Cibungbulang. Kampung Muara Tempat Prasasti Ciaruteun Dan Telapak Gajah Ditemukan, Dahulu Merupakan Sebuah " Kota Pelabuhan Sungai " Yang Bandarnya Terletak Di Tepi Pertemuan Cisadane Dengan Cianten. Sampai Abad Ke-19 Jalur Sungai Itu Masih Digunakan Untuk Angkutan Hasil Perkebunan Kopi. Sekarang Masih Digunakan Oleh Pedagang Bambu Untuk Mengangkut Barang Dagangannya Ke Daerah Hilir.
Prasasti Pada Zaman Ini Menggunakan Aksara Sunda Kuno, Yang Pada Awalnya Merupakan Perkembangan Dari Aksara Tipe Pallawa Lanjut, Yang Mengacu Pada Model Aksara Kamboja Dengan Beberapa Cirinya Yang Masih Melekat. Pada Zaman Ini, Aksara Tersebut Belum Mencapai Taraf Modifikasi Bentuk Khasnya Sebagaimana Yang Digunakan Naskah-Naskah (Lontar) Abad Ke-16. Prasasti Pasir Muara Di Bogor, Prasasti Ditemukan Di Pasir Muara, Di Tepi Sawah, Tidak Jauh Dari Prasasti Telapak Gajah Peninggalan Purnawarman. Prasasti Itu Kini Tak Berada Ditempat Asalnya. Dalam Prasasti Itu Dituliskan :
Ini Sabdakalanda Rakryan Juru Panga-Mbat I Kawihaji Panyca Pasagi Marsa-N Desa Barpulihkan **** Su-Nda
Terjemahannya Menurut Bosch:
Ini Tanda Ucapan Rakryan Juru Pengambat Dalam Tahun (Saka) Kawihaji (8) Panca (5) Pasagi (4), Pemerintahan Begara Dikembalikan Kepada Raja Sunda.
Karena Angka Tahunnya Bercorak " Sangkala " Yang Mengikuti Ketentuan " Angkanam Vamato Gatih " (Angka Dibaca Dari Kanan), Maka Prasasti Tersebut Dibuat Dalam Tahun 458 Saka Atau 536 Masehi.
Prasasti Ciaruteun, Prasasti Ciaruteun Ditemukan Pada Aliran Sungai Ciaruteun, Seratus Meter Dari Pertemuan Sungai Tersebut Dengan Sungai Cisadane; Namun Pada Tahun 1981 Diangkat Dan Diletakkan Di Dalam Cungkup. Prasasti Ini Peninggalan Purnawarman, Beraksara Palawa, Berbahasa Sansekerta. Isinya Adalah Puisi Empat Baris, Yang Berbunyi:
Vikkrantasyavanipateh Shrimatah Purnavarmmanah
Kerajaan Tarumanegararendrasya Vishnoriva Padadvayam
Terjemahannya Menurut Vogel:
Kedua (Jejak) Telapak Kaki Yang Seperti (Telapak Kaki) Wisnu Ini Kepunyaan Raja Dunia Yang Gagah Berani Yang Termashur Purnawarman Penguasa
Kerajaan Tarumanegara.
Selain Itu, Ada Pula Gambar Sepasang " Pandatala " (Jejak Kaki), Yang Menunjukkan Tanda Kekuasaan Fungsinya Seperti " Tanda Tangan " Pada Zaman Sekarang. Kehadiran Prasasti Purnawarman Di Kampung Itu Menunjukkan Bahwa Daerah Itu Termasuk Kawasan Kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara Parwa II, Sarga 3, Halaman 161, Di Antara Bawahan
Kerajaan Tarumanegara Pada Masa Pemerintahan Purnawarman Terdapat Nama " Rajamandala " (Raja Daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah, Prasasti Telapak Gajah Bergambar Sepasang Telapak Kaki Gajah Yang Diberi Keterangan Satu Baris Berbentuk Puisi Berbunyi:
Jayavi S Halasya Tarumendrsaya Hastinah Airavatabhasya Vibhatidam Padadavayam
Terjemahannya:
Kedua Jejak Telapak Kaki Adalah Jejak Kaki Gajah Yang Cemerlang Seperti Airawata Kepunyaan Penguasa
Kerajaan Tarumanegara Yang Jaya Dan Berkuasa.
Menurut Mitologi Hindu, Airawata Adalah Nama Gajah Tunggangan Batara Indra Dewa Perang Dan Penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan I Bhumi Jawadwipa Parwa I, Sarga 1, Gajah Perang Purnawarman Diberi Nama Airawata Seperti Nama Gajah Tunggangan Indra. Bahkan Diberitakan Juga, Bendera Kerajaan
Kerajaan Tarumanegara Berlukiskan Rangkaian Bunga Teratai Di Atas Kepala Gajah. Demikian Pula Mahkota Yang Dikenakan Purnawarman Berukiran Sepasang Lebah.
Ukiran Bendera Dan Sepasang Lebah Itu Dengan Jelas Ditatahkan Pada Prasasti Ciaruteun Yang Telah Memancing Perdebatan Mengasyikkan Di Antara Para Ahli Sejarah Mengenai Makna Dan Nilai Perlambangannya. Ukiran Kepala Gajah Bermahkota Teratai Ini Oleh Para Ahli Diduga Sebagai " Huruf Ikal " Yang Masih Belum Terpecahkan Bacaaanya Sampai Sekarang. Demikian Pula Tentang Ukiran Sepasang Tanda Di Depan Telapak Kaki Ada Yang Menduganya Sebagai Lambang Laba-Laba, Matahari Kembar Atau Kombinasi Surya-Candra (Matahari Dan Bulan). Keterangan Pustaka Dari Cirebon Tentang Bendera Kerajaan Tarumanegara Dan Ukiran Sepasang " Bhramara " (Lebah) Sebagai Cap Pada Mahkota Purnawarman Dalam Segala " Kemudaan " Nilainya Sebagai Sumber Sejarah Harus Diakui Kecocokannya Dengan Lukisan Yang Terdapat Pada Prasasti Ciaruteum.
Di Daerah Bogor, Masih Ada Satu Lagi Prasasti Lainnya Yaitu Prasasti Batu Peninggalan Kerajaan Tarumanegara Yang Terletak Di Puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada Bukit Ini Mengalir (Sungai) Cikasungka. Prasasti Inipun Berukiran Sepasang Telapak Kaki Dan Diberi Keterangan Berbentuk Puisi Dua Baris:
Shriman Data Kertajnyo Narapatir - Asamo Yah Pura Tarumayam Nama Shri Purnnavarmma Pracurarupucara Fedyavikyatavammo Tasyedam - Padavimbadavyam Arnagarotsadane Nitya-Dksham Bhaktanam Yangdripanam - Bhavati Sukhahakaram Shalyabhutam Ripunam.
Terjemahannya Menurut Vogel:
Yang Termashur Serta Setia Kepada Tugasnya Ialah Raja Yang Tiada Taranya Bernama Sri Purnawarman Yang Memerintah Taruma Serta Baju Perisainya Tidak Dapat Ditembus Oleh Panah Musuh-Musuhnya; Kepunyaannyalah Kedua Jejak Telapak Kaki Ini, Yang Selalu Berhasil Menghancurkan Benteng Musuh, Yang Selalu Menghadiahkan Jamuan Kehormatan (Kepada Mereka Yang Setia Kepadanya), Tetapi Merupakan Duri Bagi Musuh-Musuhnya. Selain itu ada juga candi batujaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar